Awal tahun 2009 saya pernah membaca sebuah buku yang berjudul The Secret History of Mongols, sebuah buku terjemahan dari bahasa Mongolia terbitan Routledge Curzon Press tahun 2001 yang merujuk pada buku sumber asli yang kontroversial tentang Genghis Khan. Buku aslinya diperkirakan ditulis pada abad ke-13. Buku ini telah mengubah persepsi saya tentang Genghis Khan, bahkan saya pun kini mengaguminya sebagai sosok panglima perang terhebat kedua sepanjang sejarah setelah Rasulullah SAW. Keduanya banyak memiliki kesamaan.
Muhammad SAW dan Genghis Khan adalah dua orang yang ummi (buta huruf) tetapi memiliki kepemimpinan yang visioner dan mampu mempersatukan umat. Rasulullah berhasil mempersatukan suku-suku Arab dalam ikatan kabilah-kabilah menjadi bangsa yang mampu menaklukan dua pertiga bagian dunia selama +/- 700 tahun. Sementara itu Genghis Khan berhasil mengubah gerombolan-gerombolan berkuda bangsa Mongolia menjadi mesin tempur yang hebat dan disiplin, membentuk pasukan dengan taktik revolusioner dan persenjataan jenius, dan memiliki kekuasaan kekaisaran yang terbentang meliputi sepertiga daratan bumi dari Asia hingga Eropa Timur selama +/- 150 tahun. Kekaisaran Mongolia tidak mampu bertahan lama dikarenakan kebudayaan mereka tidak mengakar kuat di wilayah-wilayah yang ditaklukkannya. Fokus mereka hanya pada perluasan wilayah melalui kekuatan militer tanpa ada misi untuk penyebaran ajaran spiritual seperti yang dilakukan oleh Rasulullah SAW.
Rasulullah dan Genghis Khan sama-sama menggabungkan kepasrahan diri terhadap Tuhan dengan strategi perang yang handal dalam setiap peperangan yang dilakukannya (meskipun dalam konteks Tuhan yang disembah jauh sekali berbeda). Dua panglima perang ini selalu berada di barisan terdepan ketika berperang melawan musuh. Semua balatentara yang dipilih oleh kedua panglima perang hebat ini adalah tentara-tentara pilihan yang luar biasa hebatnya.
Kondisi peperangan yang dihadapi juga sama yaitu mereka berdua mampu menghadapi pasukan yang amat besar dengan jumlah pasukan yang lebih kecil. Keduanya juga nyaris tidak pernah kalah dalam peperangan, memiliki perhatian yang amat tinggi terhadap pasukannya, menghidari pembunuhan terhadap wanita dan anak kecil dan meminimalisir setiap korban dari prajuritnya sendiri. Sikap toleransi yang tinggi juga dimiliki oleh kedua panglima perang ini. Rasulullah sangat menjunjung tinggi dan menghormati keyakinan penduduk negeri yang diperanginya, begitu juga dengan Genghis Khan, sikapnya begitu toleran terhadap agamawan dan tempat-tempat ibadah. Ia tetap memiliki toleransi terhadap kebudayaan di wilayah yang berhasil ditaklukkannya. Orang-orang muslim masih tetap diberikan kesempatan untuk mengembangkan kebudayaannya.Terakhir, adalah kesamaan strategi perang yang dilakukan dengan didasarkan atas lima elemen penting yaitu kecepatan, serangan mendadak, gagah berani, variasi taktik, dan disiplin ketat.
Selain sebagai panglima perang yang hebat, ternyata Genghis Khan juga memiliki keteladanan yang sesungguhnya membuat kita berdecak kagum seperti bakti terhadap orang tua, kesetiaan dan cinta terhadap pasangan hidup, kesetiaan dalam persahabatan, memiliki sikap spiritual yang tinggi, tidak pernah melupakan pertolongan orang lain, dan kepeduliannya terhadap orang lain.
Genghis khan adalah sosok pemimpin yang tidak tamak harta, visioner dan memiliki kemampuan dalam mengelola emosi dengan baik. Setiap kali peperangan, Genghis Khan selalu membagikan 9/10 bagian harta rampasan perang kepada prajurit-prajurit yang berada di bawah kendalinya, sementara itu ia hanya menikmati 1/10 bagian sisanya. Meskipun Genghis Khan dibesarkan dalam kebudayaan nomadic, pada masa kepemimpinanya Ia membangun ibu kota kerajaan permanen, Karakorum menjadi tempat pilihannya dan ia ingin menjadikannya sebagai pusat dagang dan budaya yang besar.
Genghis Khan ingin bangsanya sejahtera dari penaklukan yang dilakukannya. Ia menginginkan rakyatnya memakan daging yang empuk, hidup dalam tenda yang indah dan mengembalakan ternak-ternak mereka di tanah yang subur. Genghis Khan adalah seorang yang buta huruf tetapi ia paham betul dengan kekuatan tulisan dan ia tidak menginginkan rakyatnya seperti itu dan memerintahkan agar warisan kekuasaannya tercatat untuk generasi mendatang.
Untuk mensejahterakan rakyatnya Genghis Khan mengimpor pengetahuan dan teknologi militer dari China, mendirikan korps pelatihan medis dengan tabib-tabib China, memerintahkan pengikutnya untuk melakukan kodifikasi atas catatan dan peraturan darinya sebagai cikal bakal hukum dan perundang-undangan di masa kekaisarannya. Pada masa kekuasanaanya tidak seorangpun diperbolehkan memiliki budak dari bangsa Mongol, dan tiap suku diberikan kebebasan untuk menentukan tanahnya sendiri.
Genghis Khan juga merupakan seseorang yang mampu mengelola emosinya dengan baik. Setiap penumpasan yang kejam dan tanpa ampun selalu ia lakukan dengan penuh kesadaran atas manfaat dan akibatnya, bukan dengan keadaan membabi buta. Ia tahu kapan harus membalas dendam dan kapan harus memaafkan seseorang meskipun orang tersebut telah menyiksanya. Penyerangan yang dilakukannya terhadap kesultanan Khawarizm yang menghabiskan darah sejuta manusia di kawasan Persia juga bukan dengan alasan yang membabi buta dan haus kekuasaan. Keinginan Genghis untuk membuka jalur perdagangan dengan Kesultanan Khawarizm ternyata dibalas dengan pengiriman penggalan kepala utusan Sang Kaisar.
Meskipun ganas di medan pertempuran Sang Kaisar juga seorang pemaaf, Tindakan untuk memaafkan Jamukha merupakan sikap yang amat brilliant dan sulit untuk ditiru. Jamukha sang Saudara angkat yang awalnya memang banyak memberikan pertolongan kepada Genghis namun dalam perjalanannya Jamukha sendirilah yang menghancurkan kehidupan Genghis dengan menyiksanya dan menjualnya sebagai budak akibat perebutan kekuasaan yang tak sehat. Genghis Khan pun tidak mau menuruti permintaan Jamukha untuk menghukum dirinya.
Bagaimana dengan pandangan umat Islam terhadap Genghis Khan yang melakukan penyerangan di kesultanan Khawarizm. Penyerangan ini merupakan langkah awal kesuksesan bagi penyerbuan berikutnya oleh Hulagu Khan ke Baghdad yang semakin memundurkan peradaban Islam ? Kita harus memandangnya dari sisi yang positif juga. Saat itu kekhalifahan Islam sesunguhnya telah banyak melakukan banyak penyimpangan. Kesombongan, keangkuhan, perpecahan antar umat, perebutan kekuasaan antara bani Umayyah dan Abassiyah dan ketamakan atas gelimang harta dunia telah meliputi masa kekhalifahan Abassiyah di zaman tersebut. Dengan demikian datangnya bangsa Mongol menaklukkan peradaban Islam juga sesunguhnya merupakan pelajaran, ujian dan peringatan yang berharga dari Tuhan bagi umat Muslim agar tidak selalu berpecah belah memperebutkan kekuasaan.
http://sejarah.kompasiana.com/2010/11/04/muhammad-saw-dan-genghis-khan-dua-panglima-perang-terhebat-sepanjang-masa/
0 komentar:
Posting Komentar